Beritanelayan.com- Krisis sampah plastik global telah menjadi masalah lingkungan yang serius. Setiap tahun, jutaan ton sampah plastik berakhir di lautan, mengancam ekosistem laut dan kehidupan biota di dalamnya.
Namun, di tengah keprihatinan ini, para ilmuwan menemukan potensi solusi yang tak terduga: ubur-ubur. Makhluk laut yang sering dianggap sebagai gangguan ini ternyata bisa menjadi penyelamat dalam mengatasi polusi plastik.
Ubur-ubur, terutama spesies Aurelia aurita, memiliki kemampuan unik untuk menghasilkan lendir yang kaya akan protein. Lendir ini tidak hanya berfungsi sebagai mekanisme pertahanan, tetapi juga memiliki sifat menarik: mampu menangkap partikel mikro dan nanoplastik di air.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa lendir ubur-ubur dapat mengikat partikel plastik berukuran kecil, yang sulit disaring oleh metode konvensional. Dengan memanfaatkan sifat ini, para ilmuwan berharap dapat mengembangkan teknologi pembersihan laut yang lebih efektif.
Baca Juga Mengenal Jenis-Jenis Plankton Laut Melalui Karakter Spongebob!
Teknologi Jellyfish Barrier
Salah satu inisiatif yang sedang dikembangkan adalah “Jellyfish Barrier” atau penghalang ubur-ubur. Teknologi ini menggunakan lendir ubur-ubur yang diproduksi secara sintetis untuk menangkap plastik di perairan.
Selain ramah lingkungan, metode ini juga lebih hemat biaya dibandingkan teknik pembersihan laut lainnya. Ubur-ubur sendiri tidak perlu diburu atau dimanfaatkan secara langsung, karena lendirnya dapat direplikasi di laboratorium.
Selain itu, ubur-ubur juga memiliki potensi dalam pengelolaan limbah plastik di darat. Lendir ubur-ubur dapat digunakan dalam sistem filtrasi air limbah industri, membantu mengurangi jumlah mikroplastik yang masuk ke sungai dan laut. Dengan menggabungkan teknologi ini dengan upaya daur ulang, dampak krisis plastik dapat diminimalisir.
Baca Juga Indonesia Negara Korupsi: Tantangan yang Tak Kunjung Usa
Tantangan Produksi Lendir Ubur-Ubur
Namun, tantangan tetap ada. Produksi lendir ubur-ubur secara massal masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan keberlanjutan dan efisiensinya. Selain itu, perlu ada regulasi yang mendukung penggunaan teknologi berbasis ubur-ubur ini agar dapat diimplementasikan secara global.
Meskipun ubur-ubur sering dianggap sebagai makhluk yang mengganggu, mereka mungkin justru menjadi kunci dalam memerangi krisis plastik.
Dengan memanfaatkan keunikan biologis mereka, kita dapat menemukan solusi inovatif untuk masalah lingkungan yang semakin mendesak. Ubur-ubur, yang selama ini diabaikan, bisa menjadi pahlawan tak terduga dalam upaya menyelamatkan planet kita
Penulis: Yuke Novfitria Hendri
Editor: Muhammad Rohman
Leave a comment