Beritanelayan.com- Sejauh ini narasi soal nelayan masih terus berkutat pada kemiskinan. Berbagai narasi besar dan riset-riset ilmiah selalu mengatakan nelayan adalah kelompok penyumbang kemiskinan terbesar.
Memang harus diakui, sejauh ini program pemerintah masih saja tidak serius untuk membebaskan nelayan dari kemiskinan.
Harga bahan bakal kapal atau perahu yang mahal, program pengembangan diri yang kurang, juga pembiaran perusakan lingkungan melalui limbah industri, tak pernah serius diurus tuntas.
Mengapa Nelayan Identik dengan Kemiskinan?
Sejauh ini pesisir masih menjadi arena pertarungan yang bebas antara pemilik modal dan nelayan kecil. Banyak sekali nelayan kecil yang tidak mampu bersaing dengan para pemilik modal yang memiliki alat-alat tangkap yang canggih.
Karena itu, nelayan kecil hanya mampu menghasilkan ikan yang tak mampu untuk mencukupi kebutuhannya. Ditambah lagi, persaingan itu juga membuat nelayan kecil harus mengerjakan langkah yang tidak biasa untuk memperoleh hasil yang lumayan.
Misalnya saja, nelayan kecil harus berlayar lebih jauh untuk menjangkau tempat-tempat yang tidak didatangi kapal besar milik pemodal. Karena itu, ia harus mengeluarkan lebih banyak bahan bakar, juga menghabiskan banyak waktu.
Alat-alat yang kurang canggih juga menjadi penghambat nelayan kecil untuk mendapat hasil maksimal. Juga pencemaran lingkungan, kebisingan mesin produksi pabrik-pabrik di dekat laut membuat jumlah ikan semakin berkurang.
Dinamika seperti itulah yang akhirnya membuat nelayan masih terus identik dengan kemiskinan.
Bagaimana dengan Program Pemerintah dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan?
Tentu bisa dibayangkan mengapa hingga sejauh ini masyarakat nelayan masih saja berkutat dengan kemiskinan. Selain program pemerintah yang tidak serius dijalankan, sepertinya juga pemerintah tak pernah serius berpihak pada nelayan kecil.
Persaingan terus dibebaskan. Biaya retribusi terus ditarik di sebagian besar masyarakat nelayan, namun pengelolaan tempat lelang misalnya, tidak dimaksimalkan. Lebih seringnya, pemerintah hanya menjadi juri bukan pengatur regulasi, soal harga ikan misalnya.
Banyak sekali pengepul atau tengkulak yang di pelelangan menawar ikan hasil tangkap dengan harga yang tidak wajar. Harga yang ditawarkan jauh dari ketetapan harga yang diminta nelayan.
Nelayan yang putus asa akhirnya hanya bisa pasrah menjual murah ikan hasil tangkapnya daripada tidak laku sama sekali dan membusuk. Di situlah letak proses yang terus berputar yang membuat nelayan kecil yang terjebak dalam kemiskinan.
Leave a comment